Kebanggaan Diri Seorang Muslim

 

Gambar seorang anak kecil digendong oleh satu wanita, di tengah-tengah sekumpulan wanita berjilbab (doc. Unsplash/ Mehdi Sepehri)

Cobalah lihat langit di atas sana. Begitu cerah kan? Membiru, mendayu-dayu seakan memamerkan kesenangannya dihadapan pelihatnya. Gunung menjulang. Ikut menghiasi indahnya awan. Bahkan burung pun enggan terlewat dengan suasana segembira itu. Beterbangan menghiasi awan. Berjejeran bagai lukisan yang menawan. Yahh begitulah intinya. 

Anak muda berjejeran. Memandang indahnya awan. Menyayangkan diri mereka. Memuaskan kelopak matanya. Memanjakan pikiran. Dibalik itu, mereka bersenang-senang. Berpegangan tangan. Bersama saling bersebelahan. Setelah itu? Lega rasanya melihat awan seindah itu.

Mengingat keindahan awan. Rasanya kejadian indahnya islam mulai bermunculan. Mengingat akhlaknya yang menawan. Budi yang rupawan. Akal yang begitu memberikan kesejukan. Rasanya bangga bisa jadi salah satu bagiannya. Apalagi, jika mengingat masa kejayaan. Wahh bangga lah pastinya. 

Seorang dokter memahami ilmu kedokteran salah satunya karna seorang Ibnu Sina. Penemu algoritma yang membuat beberapa media bermunculan pun dari kalangan orang Islam. Menemukan beberapa teknik yang jenius pun dari kalangan orang Islam juga. Contohnya pak Habibie. 

Kata orang, gila yaa Islam. Bisa seberpengaruh itu pada kehidupan. Pasti bagi yang mengaku dirinya beriman pasti bangga dong. Merasa di peruntungkan. Merasa berjasa pada sesama. Merasa menjadi yang utama. Tapi nyatanya?

Lihat aja di beberapa tempat. Berapa orang tak mampu dari kalangan Islam di negeri ini? Negeri  yang mayoritas orangnya berislam. Menjadi negeri yang begitu banyak umat islam yang kurang berpengaruh di dalamnya. Bahkan, orang yang mengkorupsi dana bantuan pun. Orang Islam? 

Aduhh. Gimana ini, Islam mengajarkan ketentraman. Islam mengajarkan kejayaan. Islam mengajarkan kebersamaan. Tapi nyatanya? Yang terlihat, Islam begitu memprihatinkan! 

Bagi orang yang sadar ini. Apa tak pernah yakin, bahwa dirinya ingin juga merenungi hal ini? Apa enggak pingin menjadikan dirinya bagian dari hancurnya keburukan itu. Supaya menjadi lebih baik lagi Atau jangan-jangan tanpa disadari malah udah bagian dari yang cuek akan fakta itu?

Entahlah, umat sekarang nyatanya gitu kan? Membanggakan diri aja teros. Merasa pernah kuat. Lantas tak mau menyadari bahwa dirinya sekarang sedang lemah. Bangga dari kerja keras orang lain itu tak pernah salah. Yang salah adalah tak pernah merasa termotivasi akan hal itu. 

Membanggakan diri memang baik. Tapi membanggakan tanpa mengambil andil untuk menjadi yang dibanggakan apakah termasuk yang baik? Sama halnya kita tak memberikan dampak apapun. Sekarang pertanyaannya. Apa kalian yakin? Sebagai seorang muslim. Tak mau ikut andil dalam mengembangkan? 

"Jangan sampai, ada dan tidak adanya kamu dunia masih tetap menjadi dunia yang sama tanpa perubahan yang lebih baik lagi."


Penulis: Immawan Ahmad Fauzan Ilfat

Editor: Immawan Ihsanul Fikri

Posting Komentar

0 Komentar