Menilik Sejarah IMM Sebagai Akademisi Islam Berakhlak Mulia

 

“IMM secara historis lahir di Solo pada 14 Maret 1964, berangkat dari kebutuhan Muhammadiyah dalam menginovasi gerakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar serta melahirkan anak bangsa untuk berpartisipasi aktif dalam membangun Negara. Hadirnya IMM guna menumbuhkan semangat juang memahami tujuan Muhammadiyah secara global maupun secara spesifik, sehingga tidak memunculkan kader-kader Muhammadiyah yang radikal”

Di awali keinginan Muhammadiyah menerjunkan pendakwah dengan memanfaatkan sumber daya mubaligh mudanya, Muhammadiyah menggunakan strategi yang memungkinkan menarik perhatian anak muda Muhammadiyah dengan cara memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan. Yaitu mengajak anak muda bergabung dalam organisasi otonom Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah (PM) yang lahir pada 25 Dzulhijjah 1350 diperuntukkan pada mahasiswa  dan Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang lahir pada 27 Dzulhijjah 1349 untuk mahasisiwi.

Merasa tidak cukup, munculah keinginan Pemuda Muhammadiyah untuk menghimpun mahasiswa khusus Muhammadiyah, tetapi belum terlaksana dikarenakan pada saat itu Muhammadiyah belum memiliki perguruan tinggi seperti apa yang diharapkan oleh anak-anak muda Muhamadiyah. Mereka yang berada dalam organisasi otonom (Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah) merasa perlu adanya perkumpulan khusus mahasiswa yang secara khusus anggotanya terdiri dari mahasiswa Islam. Solusi yang mereka pilih adalah bergabung dengan suatu himpunan Islam dalam jenjang perguruan tinggi, bahkan muncul stereotip bahwa himpunan tersebut adalah anak Muhammadiyah yang diberi amanat untuk membawakan visi dan misi Muhammadiyah. Himpunan tersebut diharapakan dapat tetap teguh dengan faham keagamaan yang disepakati oleh Muhammadiyah. Seiring dengan perkembangan zaman terdapat pemberontakan-pemberontakan khususnya mengenai indenpensi organisasi.

Selang beberapa lama munculah suatu berita mengenai adanya sebuah ideologi liberal yang memasuki ranah mahasiswa. Hal tersebut membuat PP Muhammadiyah khawatir sehingga mengeluarkan suatu keputusan yang bertujuan mencegah terkontaminasinya kader-kader Muhammadiyah yang masih berada dijenjang perguruan tinggi dari ideologi yang dianggap berbahaya untuk mahasiswa MuhammadiyahDengan segala kebijakan, pada tanggal 14 Maret 1964 M/ 29 Syawal 1384 H di Surakarta, PP Muhammadiyah yang diketuai oleh H.A. Badawi, sepakat mendirikan organisasi khusus Mahasiswa Muhammadiyah yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dengan tujuan “mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang berakhlak Mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah” yang diketuai oleh Drs. Moh. Djazman Al-Kindi sebagai coordinator, beranggotakan M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh, Soedibjo Markoes, Moh. Arief, dan Elida Djazman. 

Drs. Moh. Djazman Al-kindi selaku pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM yang juga merupakan koordinator sekaligus ketua pertama merancang muktamar IMM yang pertama pada 1-5 Mei 1965 di Solo, Jawa Tengah dengan menghasilkan deklarasi:

  •  IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam
  • Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM
  •  Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (sebagai stabilisator dan dinamisator)
  •  Ilmu adalah amaliah, dan amal adalah Ilmiah IMM
  •  IMM adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan      falsafah negara yang berlaku
  •  Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Deklarasi ini hasil dari pemahaman Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, diikuti dengan harapan kader-kader Muhammadiyah dapat merealisasikan pemahaman tersebut dan kader IMM mampu membantu Muhammadiyah untuk mewujudkan Islam yang sebenar-benarnya serta membangkitkan persyarikatan ditengah-tengah masyarakat luas.

 

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga mengarahkan kadernya agar mempunyai kecakapan intelektual dengan semboyan “anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual”. Saling berkompetisi dengan mendukung satu sama lain, bersama-sama membangun sinergi dalam kebaikan. Tidak hanya kecakapan intelektual, IMM pun memperkaya diri dengan memunculkan tri kompetensi dasar mencangkup religiuitas, intelektualitas, dan humanitas. Mencakup juga bagaimana agar kader IMM bisa bermanfaat untuk nusa dan bangsa.

 

Penulis: Immawati Anditya Yasmine Fi ‘Adnine

Editor: Immawati Khalifia Nahdhiatul Azmi

Posting Komentar

0 Komentar