Gerakan Literasi di Kalangan Muda Muhammadiyah

Photo by Compare Fibre on Unsplash

Bahwa ada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills).

Berdasarkan sifatnya, menyimak dan membaca tergolong dalam kemampuan reseptif, yaitu menerima atau memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. Kegiatan berbicara dan menulis tergolong produktif, karena menghasilkan pembicaraan atau tulisan.

Sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa, keterampilan menulis memegang peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis sangat penting untuk dikuasai, karena digunakan sebagai pernyataan gagasan atau pikiran secara terstruktur. Sebenarnya, keterampilan menulis ini sangat membantu untuk membuat penyampain kita teratur dan meminimalisir kesalahan. 

Saat belajar menulis, sebenarnya lebih mudah bagi kita, karena kita tidak memulainya dari nol. Dalam diri kita sudah tersimpan kemampuan itu. Kita tinggal memantiknya saja, sehingga kemampuan yang sudah lama padam itu kembali menyala.

Literasi tanpa disadari juga ikut serta dalam mendukung majunya generasi bangsa Indonesia, khususnya kalangan muda Muhammadiyah. Kehidupan manusia tidak bisa terlepaskan dari tradisi membaca dan menulis, setidaknya hal ini didasarkan pada saat manusia mengenal tulisan beberapa abad yang lalu, sekalipun dalam bentuk kode atau sandi. 

Namun, upaya manusia mengenal tulisan tersebut juga diimbangi dengan keinginan untuk bisa membaca agar dapat memudahkan manusia mengenal, mengetahui dan memecahkan beberapa kode dan sandi yang menjadi kesepakatan manusia-manusia pada saat itu. 

Seiring perkembangan kehidupan dan pengetahuan manusia, lambat laun tradisi membaca dan menulis (literasi) menjadi hal yang tak bisa dipisahkan, sebab pola interaksi manusia yang satu dengan yang lain tidak bisa hanya dilakukan dengan bentuk interaksi isyarat dan berkomunikasi, melainkan juga dengan bentuk tulisan. Manusia dapat mengetahui generasi pendahulu, pesan, dan warisan tertentu bisa diketahui dengan tradisi dan warisan literasi yang ditinggalkan. Literasi tak lepas kaitannya dengan sebuah teks atau pun wacana. 

Literasi merupakan sebuah keterampilan menulis dan membaca dalam aktivitas mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Di era saat ini, literasi tidak hanya dilakukan dengan cara membaca buku fisik, namun telah merambah pada ranah digital. Dewasa ini, banyak penulis muda Muhammadiyah berkaraya melalui media virtual yang dapat menjangkau segala penjuru (jangkauan) khususnya generasi milenial Muhammadiyah yang aktif di dalamnya. Banyak generasi muda Muhammadiyah yang mengirimkan hasil karya tulisannya. 

Entah apa yang membuat gerakan literasi di indoesia sulit di lakukan. Apakah orang Indonesia kurang menyadari pentingnya gerakan literasi? Atau kita berfikir bahwa literasi itu tidak perlu di bentuk sebagai gerakan khusus? Saya kurang mengerti dengan hal ini. padahal dari awal sudah jelas bahwa literasi merupakan bagian penting untuk mendukung majunya bangsa dan Negara ini. 

Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan berkemajuan yang bertujuan untuk melawan kebodohan dan kejumudan berfikir, berusaha memberikan solusi dalam menghadapi masalah ini. Salah satunya adalah menerbitkan majalah Suara Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah didirakan pada tahun 1915 dan mulai terbit pertama kali pada bulan Januari, saat itu penerbitan masih menggunakan aksara jawa dan bahasa jawa ragam ngoko serta lebih membahas tentang agama. 


Seiring berjalannya waktu, Suara Muhammadiyah mengalami perkembangan dan pada tahun 1928 terjadi perubahan dari bahasa jawa ke bahasa melayu. Dan saat ini Suara Muhammadiyah masih eksis dan mulai masuk ke dunia percetakan, dan bisnis dengan membuka toko Suara Muhammadiyah. Hal ini sebagai upaya resmi dari pimpinan pusat Muhammadiyah untuk meningkatkan budaya literasi dan melawan kebodohan maupun kejumudan berfikir, bisa diartikan juga sebagai dakwah formal Muhammadiyah. 

Dalam sektor informal, banyak kader Muhammadiyah yang melakukan upaya serupa. Salah satunya adalah melalui media daring, banyak situs-situs internet yang bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis dari masyarakat. Baik situs tersebut terdapat embel-embel Muhammadiyah atau pun tidak, rata-rata yang mengelola situs tersebut adalah kader muda Muhammadiyah. 

Ada beberapa situs yang diketahui oleh Penulis, yang dikelola oleh generasi muda Muhammadiyah seperti ibtimes.id, tajdid.id, pucukmerah.id, dan lain-lain. Banyaknya media baca dan tulis yang muncul ini, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan budaya literasi di kalangan anak muda Muhammadiyah, karena jika dilihat dari beberapa penulis yang ada di situs tersebut merupakan kader Muhammadiyah akan tetapi meluas karena dari beberapa situs tersebut memang ditujukan kepada khalayak umum. 

Hal ini bisa menjadi metode dakwah kultural Muhammadiyah yang saat ini sedang digiatkan di lingkungan Muhammadiyah, bahkan dari beberapa situs tersebut ada yang sekaligus menjadi media penerbitan. 

Fenomena seperti ini yang didukung oleh canggihnya teknologi, semakin menegaskan bahwa narasi Muhammadiyah dan berkemajuan yang berjuang melawan kebodohan dan kejumudan berpikir merupakan sesuatu yang nyata dan tidak hanya sebatas teori, dan memang sudah sewajibnya bagi para warga Muhammadiyah yang berpendidikan ini untuk terus menggiatkan wacana literasi di Indonesia ini.

Yang harus diingat, proses menulis itu tidak bisa sekali jadi. Jarang ada orang yang punya bakat menulis dari lahir. Kemampuan menulis itu hasil dari proses menulis yang berkesinambungan. Semakin sering menulis, semakin baik tulisan kita. Menulis pertama masih berantakan, tentu wajar. Tetapi tulisan ke seratus, ke seribu, insya Allah jauh lebih baik. 


Penulis: Immawati  Khalifia Nahdhiatul Azmi

Editor : Immawan Dzulfiqar Ahmad Rabbani

Posting Komentar

0 Komentar